Terdapat empat kategori vaksin dalam uji klinis. Beberapa dari kategori tersebut mencoba menyelundupkan antigen ke dalam tubuh, sementara kategori yang lain menggunakan sel tubuh sendiri untuk membuat antigen virus.
https://globalhealth.duke.edu/
Kategori vaksin dalam uji klinis
Berikut ini adalah kategori vaksin dalam uji klinis:
Virus utuh
Vaksin konvensional banyak yang menggunakan virus utuh untuk memicu respons imun. Terdapat dua pendekatan utama dalam kategori ini, yaitu
- Vaksin hidup yang dilemahkan menggunakan bentuk virus yang dilemahkan yang masih dapat bereplikasi tanpa menyebabkan penyakit.
- Vaksin yang tidak aktif menggunakan virus yang materi genetiknya telah dihancurkan sehingga tidak dapat bereplikasi, namun masih dapat memicu respons imun.
Kedua jenis tersebut menggunakan teknologi dan jalur yang mapan untuk persetujuan peraturan, tetapi jenis vaksin hidup yang dilemahkan dapat berisiko menyebabkan penyakit pada orang dengan sistem kekebalan yang lemah.
Vaksin tersebut seringkali memerlukan penyimpanan dingin yang hati-hati, Penggunaan vaksin jenis ini lebih menantang di negara-negara yang memiliki sumber daya rendah. Vaksin virus yang tidak aktif dapat diberikan kepada orang dengan sistem kekebalan yang lemah. Namun mungkin juga memerlukan penyimpanan dingin.
Subunit protein
Vaksin subunit menggunakan potongan patogen, kadang berupa fragmen protein untuk memicu respons imun. Vaksin ini meminimalkan risiko efek samping, tetapi hal tersebut berarti respons imun kemungkinan lebih lemah.
Itulah sebabnya mengapa vaksin jenis ini sering membutuhkan adjuvant. Hal tersebut karena untuk membantu meningkatkan respon imun. Contoh jenis vaksin subunit yaitu vaksin hepatitis B.
Asam nukleat
Kategori vaksin dalam uji klinis selanjutnya yaitu asam nukleat. Vaksin asam nukleat menggunakan materi genetik, baik RNA atau DNA untuk memberikan instruksi kepada sel untuk membuat antigen. Pada COVID-19, vaksin ini biasanya berasal dari protein lonjakan virus.
Begitu materi genetik ini masuk ke dalam sel manusia, ia menggunakan pabrik protein sel manusia untuk membuat antigen yang akan memicu respons imun. Keuntungan jenis vaksin ini adalah mudah dibuat, dan murah.
Hal itu karena antigen diproduksi di dalam sel manusia sendiri dan dalam jumlah besar, reaksi imun harus kuat. Namun kelemahan dari jenis vaksin ini yaitu tidak ada vaksin DNA atau RNA yang telah dilisensikan untuk penggunaan manusia, sehingga membutuhkan lebih banyak rintangan dengan persetujuan peraturan.
Selain itu, vaksin RNA perlu disimpan pada suhu yang sangat dingin, -70C atau lebih rendah. Hal tersebut menjadi tantangan bagi negara-negara yang tidak memiliki peralatan penyimpanan dingin khusus, utamanya pasa negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah.
Vektor viral
Vaksin vektor virus juga bekerja dengan memberikan instruksi genetik sel untuk memproduksi antigen. Tetapi jenis ini berbeda dari vaksin asam nukleat karena mereka menggunakan virus yang tidak berbahaya, berbeda dari yang ditargetkan vaksin, untuk mengirimkan instruksi ini ke dalam sel.
Salah satu jenis virus yang sering dijadikan vektor adalah adenovirus penyebab flu biasa. Seperti halnya vaksin asam nukleat, mesin seluler manusia sendiri dibajak untuk menghasilkan antigen dari instruksi tersebut, untuk memicu respons imun.
Vaksin vektor virus dapat meniru infeksi virus alami sehingga harus memicu respons imun yang kuat. Namun, karena ada kemungkinan banyak orang telah terpapar virus yang digunakan sebagai vektor, beberapa mungkin kebal terhadapnya, hal itu membuat vaksin menjadi kurang efektif.
Itulah kategori vaksin dalam uji klinis yang perlu Anda ketahui. Semoga informasi ini dapat bermanfaat.
WEBSITE || SYAF.CO.ID